Puncak nikmat Kebahagiaan
Sebenarnya punya teman sepopuler dan seorang eksekutif profesional yang berhasil, terkadang membuatku agak kaku, karena aku orangnya biasa saja,pola hidup dan kerjaku juga biasa tidak modis dan ya... datar saja. Namun temanku mau bergaul dan curhat denganku tentang hidupnya.Padahal pencapaian duni telah didapatnya, prestasi kerja, hidup mapan. Aku berdecak kagum, apalagi yang hendak diraihnya? Jabatan, kekayaan, pengaruh dan kesenangan dunia pun telah dicapainya. Pernah suatu ketika kutanya apa rahasia suksesnya, paling ia tersenyum sambil mencolek pipiku berujar : you have to know the secret! Yakinlah akan cita-citamu, dan bagai magnet kau akan menarik cita-citamu menjadi kenyataan. Itulah”The law of attraction.” Aku telah mencobanya, ”and it work,” ujarnya bangga.
Tinggal aku yang bengong namun terbersit rasa ragu apakah memang pencapaian dunia ini akan langgeng memberinya kebahagiaan.
Selang beberapa waktu aku bertemu kembali dengan temanku, semua berubah, keraguanku terbukti tampak tanda-tanda tak bahagia padanya dengan penampilan agak kusut, kesehatan terganggu. Ia mulai mengeluh padaku, “waktu 24 jam sehari seolah tak cukup bagiku. Kalau dulu saat target tercapai, masih terasa nikmat, meski sekejap, kini setiap targe yang telah kucapai pasti makin membuatku meraih yang lebih tinggi lagi. Aku tak pernah punya waktu untuk diriku dan keluargaku. Aku seolah menjadi orang asing dirumahku sendiri. Aku tak pernah menikmati kehidupan, karena harus mengejar target yang tak pernah berakhir. Aku lelah….
Dan kebahagian yang ingin ku capai bagai fatamorgana.
Oh… sahabatku perasaan baru kemarin kau canangkan ambisi-ambisi duniawi. Tak kepalang tanggung sang Khalik mengabulkan seluruh target dunia tersebut. Terbanyang didepan mataku karena baru tadi kubaca
Setelah kubaca tafsirnya kembali aku tertegun menyadari bahwa sang Khalik hanya memberikan apa yang diminta temanku. Tapi ternyata semua itu semakin memberinyakehampaan jiwa. Pada akhirnya, hal ini membawa temanku pada kenyataan bahwa kenikmatan dunia tak ada maknanya tanpa spiritualitas. Maka kusarankan untuk mengkaji al-qur’an karena disana terdapat obat bagi manusia, syifa’ullinnas.
Kini niatnya diluruskan, semua hanya untuk mendapatkan rido dan barokah dari Nya. Semu proses dimulai dari panggilan hati nurani, sehingga setiap langkah menuai kebahagian. Apapun hasilnya tidak lagi menjadi masalah saat semua diupayakan dengan baik serta dilandasi ketulusan. Temanku mulai menyadari dan bercerita : ”selama ini aku puasa namun baru sebatas tuntunan fiqh, menahan makan, minum dan yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari, yang kudapat hanya lapar dan dahaga, karena panca inderaku tetap beraktivitas, lepas kendali dan terselubungi emosi. Tapi setelah berorientasi proses maka subhanallah rizki yang berkah bagai mengalir, dan karena ikut menyejahterahkan umat, rezeki itu menimbulkan kebahagiaan dunia dan akherat, maka Allah mengabulkannya pula, bonus bagi orang-orang yang bersyukur”. Subhanallah.
Kini akupun baru menyadari, makna subtansi penggalian kebahagiaan spiritual berimbas pada kebahagiaan dunia. Maka aku mulai merasakan kenikmatan yangtak dapat diukir dengan kata-kata. Ternya kebahagiaan itu diperoleh menyatu kembali dengan segala fitrah keluhuran dalam mencapai puncak kebahagiaan.
By: Ana Do'ifah