Materi QS. Al Fathir : 32
Seorang muslim sejati, harus senantiasa berlomba-lomba dalam ketaatan, dan selalu bersegera dalam kebaikan. Karena, umur itu pendek dan ajal itu terbatas. Seorang yang pandai dan berakal, selalu akan bersegera memanfaatkan momentum sebelum datangnya halangan dan rintangan; sungguh tidaklah sama antara orang yang bersegera menuju kebaikan dan yang berlambat-lambat, juga antara yang berlomba-lomba kepada keutamaan dan yang memberatkan diri kepadanya.Berlomba-lomba dalam melaksanakan kebaikan ukhrawi adalah hal yang terpuji, yang akan bisa memperkaya kehidupan, dan menjadikan seorang muslim berambisi untuk bisa mengangkat dirinya baik di hadapan Allah.Sedangkan berlomba-lomba dalam masalah duniawi adalah tercela, karena akan membuat lalai dari Allah dan akhirat, dan membawa kepada kejelekan dan kemungkaran, serta mendorong untuk meninggalkan kewajiban, mengambil yang haram, atau ketika kita mengkaji sejarah Islam, kita akan mendapati bahwa ‘Umar bin Khaṭṭāb, selalu menempatkan Abu Bakar sebagai rekan kompetisinya. ‘Umar selalu berusaha untuk bisa lebih unggul dari Abū Bakar dalam amal dan pengorbanan. Demikianlah para sahabat, dan masih banyak lagi para assalafuṣ- ṣālihīn yang sangat pantas kita jadikan teladan dalam menapaki kehidupan. Mereka berkompetisi guna menjadi yang terbaik di hadapan Allah Swt. Di sisi lain, mereka pun tentu senentiasa bersinergi dalam kebaikan. Bersinergi dalam rangka mengembangkan dan menyebarkan Islam ke seluruh pelosok bumi. Ternyata menjadi pribadi kompetitif itu perlu, kompetisi yang sesuai dengan porsinya, kompetisi dalam kebaikan tentunya.
Materi QS. Al Fathir : 32
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih
di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi
diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada (pula) yang lebih dahulu
berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia
yang besar (QS. Fāṭir [35] : 32).
Secara umum, ayat ini menerangkan bahwa Allah Swt. menurunkan al-Qur’an kepada Rasulullah untuk digunakan sebagai pedoman hidup umatnya. Namun, dalam realita kehidupan, di antara umat Islam ada berbagai macam sikap dalam mengambil al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Sikap-sikap mereka ini disebutkan oleh al-Qur’an Surat Fāṭir ayat
32 berikut ini:
1. Kelompok pertama adalah (mereka yang menzalimi dirinya sendiri), yaitu orang-orang yang meninggalkan perintah-perintah Allah Swt. dan mengerjakan larangannya.2. Kelompok kedua (bersikap pertengahan), yaitu selain melaksanakan semua kewajiban dan menjauhi segala larangan. Juga terkadang masih meninggalkan perkara yang disunahkan dan melakukan perkara-perkara yang dimakruhkan.3. Kelompok ketiga, yaitu mereka yang bersikap segera melakukan kebaikan-kebaikan dengan izin Allah Swt. Golongan ini selalu mengerjakan perbuatan yang diwajibkan dan disunahkan serta menjahui perkara yang diharamkan dan dimakruhkan.
- Imam Ar-Razı̄ menafsirkan bahwa ẓālimun linafsih adalah orang yang lebih banyak kesalahannya, sedangkan muqtaṣid (tengah) adalah orang yang seimbang antara kesalahan dan kebaikannya. Adapun sābiqun bil-khairāt adalah orang yang lebih banyak kebaikannya.
No comments:
Post a Comment