Selamat Datang di Seni MAN 1 Lubuklinggau, Selamat Menikmati Cara Hidup Sehat, Semoga Anda Betah Dan Selalu Datang Berkunjung di artman1llg, Silahkan komentari, kritik dan Sarannya, Selamat Bargabung.

Artikel Lomba


Deskriptif
Kebijakan Sekolah Gratis

Pendidikan dipandang sebagai salah satu sector yang memiliki peranan penting dalam upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan hakekatnya penentu masa depan dan tangga kesejahteraan rakyat. Pendidikan itu sebuah investasi jangka panjang.
Berkaitan dengan masa depan pendidikan nasional kebijkan sekolah gratis merupakan bentuk terobosan sekaligus percepatan yang dilakukan pemerintah, untuk memperluas kesempatan memperoleh pendidikan dan memberantas kemiskinan.
Permasalahan belum terjadinya pemerataan dan tingginya biaya pendidika, setidaknya dibuktikan dengan fakta tahun 2003 masih banyak anak usia 7-15 tahun belum pernah sekolah sekitar 693,7 ribu orang.
Dengan adanya sekolah gratis merupakan terobosan konkrit yang dilakukan pemerintah untuk membangun sector pendidikan. Kebijakan sekolah gratis untuk tingkat TK hingga SMA merupakan usaha memberikan layanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga Negara tanpa diskriminasi.
Sekolah gratis sebenarnya bukan suatu yang mustahil untuk dilaksanakan, karena ada daerah miskin yang pemimpinya mampu menerapkan kebijakan sekolah gratis. Mantan Menteri Pendidikan Nasional, Prof. Dr.Ing. Wardiman Djoyonegoro, menegaskan bahwa “ Pendidikan dasar memang seharusnya gratis. Masyarakat diusahakan tidak membayar, karena pendidikan merupakan hak dasar warga Negara Indonesia.” (Berita Pagi, 25 Maret 2008)
Pendidikan hakekatnya adalah sebuah instrument yang paling efektif untuk membebaskan manusia dari berbagai bentuk penindasan,kebodohan, pengangguran, kemiskinan daan ketertinggalan. (Paulo Freire, 2002)
Mudah-mudahan dengan sekolah gratis, secara otomatis beban hidup masyarakat semakin ringan, sekaligus terbantu untuk meningkatkan kesejahteraannya. Dan bangsa Indonesia terbebas dari kebodohan dan kemiskinan menjadi bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Amin.
                                                                 


                                                                              Yenni Agustina, S.Ag
                                                                              MA Negeri 1 (Model) Lubuklinggau

Pendalaman materi Media Pembelajaran PAI


URGENSI GURU MEMBUAT MEDIA PEMBELAJARAN

         Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Maka guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang telah disediakan oleh sekolah/madrasah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntunan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan efisien, meskipun sederhana dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Di samping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakan apabila media tersebut belum tersedia.
          Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar, karena siswa dapat memperoleh informasi dengan sangat cepat melalui akses dari berbagai media massa seperti : surat kabar, handphone, televisi dan internet. Bahkan CD pembelajaran mandiri dapat dengan mudah dijalankan dalam kemasan materi pelajaran yang menarik karena dilengkapi, gambar, suara, soal dan pembahasannya serta animasi dari berbagai tampilan, dapat dengan mudah dibeli siswa di pasaran dan siswa dapat belajar secara mandiri. Untuk itu agar peran pendidik tidak diabaikan karena kurangnya pembaharuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka guru mesti peka terhadap perubahan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, sehingga tidak menggeser perannya sebagai fasilitator dan sumber belajar.
          Namun masih banyak pendidik yang belum menggunakan media, karena adanya alasan yang membatasi guru dalam menggunakan media. Pertama, banyak guru yang beranggapan bahwa media pembelajaran tidaklah terlalu penting dalam proses belajar, yang penting itu proses belajar di kelas. Ada juga yang menyatakan, membuat media pembelajaran hanyalah membuang waktu dan tenaga, karena yang terpenting adalah cara guru mengajar dan menerangkan pelajaran di kelas. Daripada harus repot-repot membuat media pembelajaran, lebih baik melakukan hal lain yang lebih terlihat urgensinya. Begitu barangkali pendapat sebagian guru yang tidak mau berepot-repot menyiapkan media pembelajaran. Padahal jika media disiapkan sebelum pembelajaran dimulai akan lebih efisien. Kedua, media itu canggih dan mahal. Pada dasarnya banyak media berasal dari bahan yang sederhana bahkan bisa didapat gratis dari lingkungan sekitar, asal mau kreatif. Media bisa dibuat dari bahan yang murah karena media pembelajaran tidak harus beli apalagi dengan harga mahal. Guru dapat menekan biaya atau bahkan tanpa biaya asal mau lebih kreatif dalam membuat media pembelajaran. Ketiga, media hanya hiburan sedangkan belajar menuntut keseriusan, padahal dengan media bisa menyampaikan materi yang sulit digambarkan dapat dengan mudah disampaikan dengan media, misalnya kejadian gunung meletus dapat menggunakan media pembelajaran CD tentang kejadian alam yang menampilkan video/film gunung meletus sehingga gambaran tentang kejadian dapat dilihat dari dekat dan diamati berulang-ulang. Keempat, alasan media tidak tersedia di sekolah, padahal  apa yang ada di sekitar kita bisa dijadikan media, baik berupa papan tulis, meja, kursi, lantai, dinding, atau bahkan tubuh kita sendiri. Bila mau lebih kreatif, gunakan limbah atau barang bekas yang bisa didaur ulang. Kelima, kurang adanya penghargaan atas karya yang dibuat, yakinlah waktu yang telah diinvestasikan untuk mempersiapkan dan membuat media pembelajaran akan terbayar oleh hasil yang akan didapat.